Senin, April 7

Karenamu aku cemburu..

Senen pagi, muacetnya minta ampun.. padahal jalan jam 6 kurang 15.. taunya pas mo masuk gerbang tol ada kecelakaan.. dan macetnya puanjaaang banget.. tapi untung masih dapet tri in wan.. hehehe.. kalo ga, lewat tanah abang? hiyaiks.. ketemu macet yang lebih parah..

Oiya, arie kemaren di gramed beli salah satu buku.. tentang cemburu.. hehehe.. maklum.. kadang arie emang suka cemburu ga jelas.. judul bukunya.. Karenamu aku cemburu.. karangan Asma Nadia, dkk..

Ada satu puisi yang di tulis di bukunya, gini bunyinya...

Aku mencoba mengerti
jika kau terkadang tak memahami
kenapa aku menangis
hanya karena hal hal sepele
yang menurutmu
tak layak mencairkan air mataku

Suamiku.
Bagaimana menjelaskannya padamu?
Aku perempuan,
yang memiliki siklus tertentu
Dimana emosiku terpacu lebih cepat
hingga mudah terbakar cemburu

Jika kau ingin membantuku
melewati waktu waktu sulit itu,
agar aku tak menjelma istri menyebalkan,
Ini caranya:
jadilah cermin ajaib
yang hanya punya satu jawaban
untuk Sang Ratu (Asma Nadia. Rumah kita, 21 Februari 1996)

Notenya: "Awas kalo sampai saya pergoki dia lagi berduaan seperti itu! Nggak ada maaf, deh! Saya nggak takut kok jadi janda!". ---> waduh! serem amat yah ancamannya.. kikikikik

Trus puisi yang di bab berikut:

Kau tahu, suamiku?
Betapa sering aku merasa tak berdaya
Melawan waktu
yang telah menyulapku
garis garis usia yang mengelana
di setiap jengkal tubuh,
Sisa sisa pertaruhan setelah persalinan,
juga wajah yang sering layu karena lelah
Setiap hari
menyusuri isi rumah petak kita
dengan rutinitas yang melulu itu itu saja.
Seraya berharap
agar kau tak menjatuhkan pandangan
pada perempuan lain
yang belum lagi terperangkap keajaiban waktu. (Asma Nadia. Juli 1997)

di bawahnya ada note: "Soalnya mereka bisa ngeliat suamiku dalam keadaan segar, cakep dan wangi, sementara aku cuma kebagian wujud kusutnya ketika pulang kantor." ---> kalo arie? berangkat sama pulang bareng.. jadi keliatan wujud segar dan kusut dalam hari yang sama.. hehe.. tapi ga kusut deh kayaknya.. =p

Kalo puisi di bab ke 5 gini bunyinya:

Sering aku bertanya,
Kapan aku mulai cemburu padamu.
Bahwa sosok cerdas dan wajah tampanmu
menarik, yaa..
Tapi sungguh aneh memikirkan bagaimana
bisa
Perasaan cemburu itu menjajahku,
bahkan sering membelenggu begitu kuat.
Bukankah kita bermula dari dua sosok
yang tak saling kenal?
Tapi waktu yang berjalan
Memelesatkan perasaanku.
Dan tahukah, suamiku.
Semakin kupikir, semakin aku sadar.
Pada detik pertama aku cemburu
padamu,
:aku telah jatuh cinta (Asma Nadia, selepas lamaran, 16 Juli 1995)

notenya: "Selama itu pula, siapa yang bisa menjamin si Mas tak ada yang menaksir, atau mungkin Mas yang malah menaruh hati pada salah satu dari mereka."

Trus di bab kesetiaan ibu, bunyi puisinya:

Cinta.
Aku ingin tua bersamamu
Menatap anak anak
yang meneruskan jejak kita.
Tanpa perlu sesaat pun
Merasa khawatir
hatimu pergi meninggalkanku (Asma Nadia. Soekarno Hatta, 27 Mei 2007)

Notenya: "Jika Bapak belum berubah juga, Ibu cuma punya doa yang tak pernah putus untuk Bapak." --->mengaharukan banget.. semua orang juga pengen.. sampe tua bersama cintanya bukan?

Hihihi.. Kalo di bab berikutnya gini nih bunyi puisinya..

Cinta
Salahkah jika
aku meminta
tatapan kagum,
pujian
atau kalimat kalimat mesra
agar tak kau curahkan
kepada perempuan lain,
meski hanya sebatas teman?
Tentu saja
Jika kau suka
Kau boleh membaginya
kepada dua buah hati kita (Asma Nadia. Rumah kita, 21 Mei 2001)

note nya: "Hampir saja malam itu juga saya telepon dan melabrak akhwat itu dan mengobrak abrik friendsternya."

nahh, di judul cemburu bikin penyakit.. bunyi puisinya gini..

Tak cuma jarak
tetapi juga mimpi
dan kisah kisah di sekeliling
Yang memisahkanku
Dari genggaman jarimu

Tanpa daya
Kuperbanyak doa
sambil
menitipkanmu
padaNya (Asma Nadia. Seoul, 15 Agustus 2006)

note: "Kenapa suamiku tidak bisa begitu, ya? Jangan jangan dia sudah bosan denganku? Jangan jangan ada sosok lain yang menggantikan posisiku." --> arie juga menitipkannya padaMu ya Allah..

di Aku tidak ingin terus cemburu...

Waktu mengajarkanku
untuk menata cemburu
agar sesuai dengan konsep Yang Maha.

Bukan cemburu buta yang tanpa cahaya
Tetapi mencoba meniru cemburu-Nya
terhadap hamba
yang mencoba menyentuh laranganNya

Jadi
Perkenankan aku menyatakan cemburu
Pada detik detik
aku merasa
Allah pun tengah cemburu
Padamu. (Asma Nadia. Rumah kita, November 2006)

notenya: "Andai aku tahu bagaimana caranya terbebas dari perasaan cemburu dan curiga, mungkin aku akan hidup tenang."

Hhhmm.. perasaan yang semua orang pernah rasain.. di postingan berikutnya arie bakal nulis.. lembar untuk suami.. sekarang mo kerja dulu ahhh.. hehe

Have a nice day everyone!









0 comments: